Belakangan ini, media sosial ramai dengan klaim bahwa diet daun kelor bisa menurunkan berat badan secara alami, membersihkan racun dalam tubuh, hingga memperbaiki metabolisme. Banyak yang penasaran dan mulai mencobanya, bahkan menjadikannya rutinitas harian. Tapi benarkah manfaat daun kelor sedahsyat itu, ataukah ini hanya tren semu tanpa dasar ilmiah?
Dalam artikel ini, kami mengupas tuntas diet daun kelor dari sudut pandang ilmiah, termasuk hasil uji laboratorium terbaru, manfaat nyatanya bagi tubuh, hingga potensi bahaya jika dikonsumsi berlebihan. Simak baik-baik sebelum ikut-ikutan tren!
1. Apa itu diet daun kelor?
Diet daun kelor — yang mengambil bentuk segar, kering, atau bubuk — kini viral sebagai solusi alami untuk menurunkan berat badan, detoks, dan meningkatkan kesehatan. Didukung oleh kandungan antioksidan, serat, vitamin, dan mineral, klaimnya sering termasuk menurunkan gula darah, kolesterol, hingga melawan inflamasi (diskes.badungkab.go.id).
2. Apa hasil uji laboratorium terbaru?
- Uji pada hewan (tikus/albino) yang mengonsumsi bubuk daun kelor lokal (Lombok) menunjukkan penurunan signifikan ekspresi GLUT5 (transport fruktosa) di usus hingga ~50% dibanding kontrol (PMC NIH).
- Penurunan kadar fruktosa hati tidak signifikan (−32% di kelompok 28 hari, −17% di 112 hari).
Artinya, kelor dapat menurunkan daya serap gula/fruktosa di saluran cerna, tapi efek langsung terhadap metabolisme gula hati masih perlu riset lebih lanjut.
3. Studi pada manusia dan aspek keamanan
- Konsumsi 4g bubuk kelor selama 15 hari meningkatkan Hb ~1g/dL pada remaja anemia (Alodokter, ResearchGate).
- Uji klinis sedang berlangsung (60 hari) untuk melihat dampak terhadap hemoglobin dan status besi.
- Konsumsi berlebihan (≥ 50–70 g bubuk atau >6 bulan) bisa menyebabkan gangguan saluran cerna, akumulasi zat besi, serta penurunan gula dan tekanan darah berlebih (Alodokter).
4. Fakta vs Hoax: Klarifikasi mana yang benar?
- ✅ Fakta: Kelor memang mengandung banyak nutrisi baik (vitamin C, beta-karoten, quercetin) dan memiliki efek antioksidan, anti-inflamasi, serta potensi menurunkan gula darah dan kolesterol (diskes.badungkab.go.id).
- ⚠️ Setengah fakta: Studi hewan menemukan potensi kelor mengurangi penyerapan fruktosa, namun efek pada metabolisme manusia masih belum terbukti kuat.
- ❌ Hoax: Tidak ada bukti ilmiah bahwa kelor bisa “detoks total” atau menurunkan berat badan secara drastis dalam hitungan hari.
5. Rekomendasi konsumsi aman
- Takaran wajar: Maksimal 50–70 g bubuk (10–15 sendok teh)/hari, dan kurang dari 6 bulan (Alodokter).
- Perhatian khusus: Jangan konsumsi jika sedang hamil, menyusui, atau menjalani operasi tanpa konsultasi dokter. Pada penderita diabetes dan hipertensi, perlu monitoring karena kelor bisa memperparah kadar gula maupun tekanan darah terlalu rendah.
6. Kesimpulan
Diet daun kelor memiliki dasar ilmiah: banyak nutrisi dan efek positif pada hewan. Namun, klaim “ajaib” seperti turunkan berat badan cepat atau detoks total tidak dibuktikan secara medis. Konsumsi moderat, seimbang, dan konsultasi dengan tenaga medis tetap krusial.
Saran: Jika ingin mencoba, gunakan kelor sebagai suplemen makanan — bukan pengganti asupan utama. Padukan dengan pola makan seimbang, olahraga teratur, dan pantau kondisi tubuh. Semoga bermanfaat!